ENGKAU
kini ku kembali menata malam dengan
segala keindahannya
menyapu kemelut jiwa,
menyulam mimpi menjadi sempurna
kini ku kembalikan bintang dan bulan
ke angkasa,
Ribuan puisi tumpah dalam semalam
ribuan kata terbuang begitu saja
tanpa tanda, tanpa jejak,
dan kini ku rajut malam menjadi
mahligai
agar semua itu bisa tersimpan,
tersusun, dan tertata dengan sempurna
agar tak adalagi air mata, dan luka
yang menanak jiwa
derit jendela hati memanggil nama-MU
tersungkur aku dalam dekapan malam
anggin berbisik seolah mengejek
mimpi
dan kini aku terbaring dalam ruang,
yang penuh dengan sejuta bintang
namun aku hanya memalingkan
pandanganku pada satu bintang!!
yaitu,
Engkau Sang Penguasa Jagad Raya.
Jambi 4 Juli 2012
SANG
SENJA
senja..
enggankah engkau
memapahku,
memapah segala duka dan
luka
senja..
bantu aku menarik
sehelai benang itu
untuk kujadikan bingkai
hidupku!!
Ketika setets air mata membasahi lentera
wajahmu
ku bersemayam dalam
dinginya hati yg beku
pandang melayang tak
kunjung beradu
biar ku benamkan sukma
dalam samudra yang dalam
agar ku temukan drimu
di sana,
wahai Sang Senja
Jambi 4 Juli 2012
BAGKIT
ku pergi bukan tak mampu menatap
binar matamu lagi
ku beranjak dari kebisuan yang
selama ini terpendam
ku jelajahi setiap rongga kehidupan
yang tak berujung
membawa sekaleng senyum untuk
berbagi
ku lukis wajah indah itu dalam hati
melamun menanti pagi
ku temui engkau termenung seorang
diri menatap jingga sang mentari
ku bertanya pada Engkau yang Maha
Tahu,
kapan Engkau kembalikan ia dalam
dadaku?
kapan Engkau percikkan lagi
setetes harapan itu?
ku kembali beranjak dari kebisuanku
menguak perjalanan hidup yang
teramat sempit
menghela nafas panjang karena tahu
akan arti sebuah kehidupan
Jambi 9 Juni 2012
SENJA
kenapa harus berlari mengerjarmu
tak dapatkah kau beranjak dari lamunanmu
kenapa harus berlari melihatmu pergi
kenapa tak kau temui aku disudut pantai
aku ingin menyaksikan warna jinggamu yang menyemburatkan segala isi hati
aku ingin menepiskan segala gunda
ku biaskan warna jinggamu dalam darahku
agar kau tahu betapa aku tlah lama menantimu
menanti di ujung senja.
kenapa harus berlari mengerjarmu
tak dapatkah kau beranjak dari lamunanmu
kenapa harus berlari melihatmu pergi
kenapa tak kau temui aku disudut pantai
aku ingin menyaksikan warna jinggamu yang menyemburatkan segala isi hati
aku ingin menepiskan segala gunda
ku biaskan warna jinggamu dalam darahku
agar kau tahu betapa aku tlah lama menantimu
menanti di ujung senja.
Engkau
laksana embun yang selalu
menyejukkan hati
laksana mutiara bersinar di hamparan pantai yang luas
laksana bulan yang menerangi malam yang gelap
laksana mentari yang selalu menghangatkan bumi
laksana pelangi yang terbentang menghiasi langit
laksana bintang yang berkedip di tengah langit yang gelap dan luas
laksana kecapi yang dipetik dari dawainya dengan lembut
laksana kalbu yang tersentuh oleh hasrat yang terindah
itulah segala ungkapan hatiku akan dirimu..
laksana mutiara bersinar di hamparan pantai yang luas
laksana bulan yang menerangi malam yang gelap
laksana mentari yang selalu menghangatkan bumi
laksana pelangi yang terbentang menghiasi langit
laksana bintang yang berkedip di tengah langit yang gelap dan luas
laksana kecapi yang dipetik dari dawainya dengan lembut
laksana kalbu yang tersentuh oleh hasrat yang terindah
itulah segala ungkapan hatiku akan dirimu..
Ibu..
Jambi 10 Mei 2012
BUALAN
ahh hanya bualan belaka
mulut yang penuh akan dusta
tak pernah menghiraukan luka
hanya mementingkan nafsu dunia
ketika terjatuh
baru merintih kesakitan
ketika bahagia
lupa akan segala yang menjadi kewajiban
apa mau dikata bila nafsu mengalahkan kehendak hati
tiada satu orang yang tahu
hanya diri yang dapat menyadari,
mulut yang penuh akan dusta
tak pernah menghiraukan luka
hanya mementingkan nafsu dunia
ketika terjatuh
baru merintih kesakitan
ketika bahagia
lupa akan segala yang menjadi kewajiban
apa mau dikata bila nafsu mengalahkan kehendak hati
tiada satu orang yang tahu
hanya diri yang dapat menyadari,
namun ego tak mau mengakui.
Jambi 10 Mei 2012